About

The happiest people don't have the best of everything, they just make the best of everything
Enjoy your life... do the best & let God do the rest :)

Think Before You Speak

Senin, 10 Desember 2012


Di Yunani kuno, Socrates terkenal memiliki pengetahuan yang tinggi dan sangat terhormat.
Suatu hari seorang kenalannya bertemu dengan filsuf besar itu dan berkata, "Tahukah Anda apa yang saya dengar tentang teman Anda?"
"Tunggu sebentar," Socrates menjawab. "Sebelum Anda menceritakan apapun pada saya, saya akan memberikan suatu test sederhana yang disebut Triple Filter Test.

Filter pertama adalah KEBENARAN.
"Apakah Anda yakin bahwa apa yang akan Anda katakan pada saya itu benar?"
"Tidak," jawab orang itu, "Sebenarnya saya HANYA MENDENGAR tentang itu."
"Baik," kata Socrates. "Jadi Anda tidak yakin itu benar. Baiklah sekarang saya berikan filter yang kedua.

Filter ke 2, KEBAIKAN.
Apakah yang akan Anda katakan tentang teman saya itu sesuatu yang baik?"
"Tidak, malah sebaliknya..."
"Jadi," Socrates melanjutkan, "Anda akan menceritakan sesuatu yang buruk tentang dia, tetapi Anda tidak yakin apakah itu benar. Anda masih memiliki satu kesempatan lagi, masih ada satu filter lagi, yaitu filter ke 3.

Filter ke 3, KEGUNAAN.
Apakah yang akan Anda katakan pada saya tentang teman saya itu berguna bagi saya?"
"Tidak, sama sekali tidak."
"Jadi," Socrates menyimpulkannya, "bila Anda ingin menceritakan sesuatu yang belum tentu benar, bukan tentang kebaikan,dan bahkan tidak berguna, mengapa Anda harus menceritakan itu kepada saya...??"
Itulah mengapa Socrates dianggap filsuf besar dan sangat terhormat.

Penting bagi setiap dr kita, gunakan triple filter test setiap kali kita mendengar sesuatu. Jika bukan KEBENARAN, bukan KEBAIKAN, dan tidak ada KEGUNAAN positif, maka tidak perlu kita terima. Dan apabila kita terlanjur mendengarnya, jangan sampaikan pada orang lain, dan jangan menyakiti hati orang lain...

Anak Tidur Siang... Perlu Gak Yaaa?

Jumat, 07 Desember 2012


Geregetaaaan... makin hari Annabel tidur siangnya makin susah... maeeeen terus... energinya emang Alkaline kok anak ini :D Tapi kalo gak tidur siang, ntar sore menjelang malam pasti sudah ngantuk... dan sudah bisa dipastikan, tidur siang yang terlambat mengakibatkan tidur malam juga terlambat. Tidur malam terlambat akibatnya gak bisa bangun pagi. Seperti lingkaran setan ( -_-") duuuh *sambil garuk-garuk kepala...
Sebenernya kalau malam tidurnya terlambat, Annabel tetep bisa dibangunkan pagi-pagi, tapi yang ada anaknya lemes & gampang rewel... jadi nggak tega deh :P

Sooo... kalo gak tidur siang, kira2 pengaruhnya apa ya ke Annabel? Apalagi Annabel masih 2 thn... masih balita... Eh waktu googling, ternyata nemu banyak artikel yang mengarahkan, bahwa tidur siang terutama pada balita itu memang perlu :P 
Berikut rangkumannya :

Perlukah anak tidur siang?
Tidur siang itu ternyata penting, karena tidur siang membantu perkembangan psikologis anak. Perilaku anak yang tidak tidur siang lebih signifikan mengalami gejala hiperaktif, gelisah dan depresi. 
Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dengan tidur siang:
1. Mengembalikan kondisi fisik dan mental.
2. Mudah berkonsentrasi.
3. Mudah berkomunikasi dan menangkap pembicaraan.
4. Mudah beradaptasi.

Beberapa orang tua mengganggap bahwa jika anak tidur siang, akan mempengaruhi waktu tidur malamnya. Ini ada benarnya, karena anak memang memiliki kebutuhan total waktu tidur.
·         Usia 1 sampai 3 tahun  
Balita umumnya butuh tidur 10 sampai 13 jam, termasuk tidur siang 1 sampai 3 jam. Hindari anak tidur sejenak sebelum 
jam tidur malamnya, karena akan membuatnya sulit tidur.
·         Usia 3 sampai 5 tahun 
Balita seumur ini, butuh tidur 10 sampai 12 jam sehari. Biasanya masih membutuhkan tidur siang, namun jika tidak memungkinkan, anak Anda butuh tidur malam lebih awal.
·         Usia 5 sampai 12 tahun 
Anak seumur ini, butuh tidur 10 sampai 11 jam sehari. Anak dapat tidur siang 1-2 jam, untuk menghilangkan rasa lelah setelah beraktivitas di sekolah.

Jika anak tidur siang terlalu lama, maka jam tidur malamnya akan berkurang. 
Namun tanpa tidur siang, anak akan cenderung menjadi rewel berkepanjangan, kurang konsentrasi, susah bergaul. 
Anak yang rajin tidur siang, akan lebih tenang dan nyenyak saat tidur dimalam hari, sementara anak yang jarang tidur siang dan sangat kelelahan, justru akan sering terbangun dimalam hari.

Jadi... apakah anak memang harus tidur siang?
Sebaiknya iya, namun bagi anak usia sekolah, pada prinsipnya tidur siang bukan keharusan. Tidak disarankan bila anak mulai tidur pukul 18.00 sore. Sebab, waktu tidur siang yang terlalu dekat dengan waktu tidur malam akan membuat anak tidak siap untuk tidur kembali. Setelah terbangun badannya kembali segar dan tidak bisa tidur malam tepat waktu, akibatnya, keesokan harinya sulit bangun.
Sebaiknya tetapkanlah waktu tidur siang yang teratur, agar pembiasaan semacam itu akan memudahkan anak "menyetel" jam biologisnya. Kalau sudah terbiasa, tanpa disuruh pun anak akan pergi tidur dengan sendirinya

Kualitas tidur saat tidur siang juga berpengaruh. Anak yang tidak tenang saat tidur siang, justru akan merasa lelah saat bangun tidur. Karena itu usahakan agar anak juga mendapatkan kualitas tidur siang yang baik. 


  • Biarkan anak beraktivitas aktif (minimal 1jam) sebelum tidur siang, bila sudah lelah, mulai rewel atau menggosok-gosok matanya, segera ajak anak berbaring di tempat tidurnya.
  • Bila anak sulit tidur, terutama pada balita 3thn ke atas yang lebih suka bermain daripada tidur, berikan dia buku cerita dan biarkan dia bermain dengan tenang di ranjang, sampai tertidur dengan sendirinya.
  • Bagi sebagian anak, musik, cahaya yang redup dan cerita pendek dapat menjadi penghantar tidur yang baik. Jaga agar suhu kamar tetap sejuk dan tenangkan seluruh kondisi rumah.

sumber :
http://meetdoctor.com/article/porsi-tidur-anak-sesuai-dengan-usianya
http://www.ibudanbalita.com/diskusi/pertanyaan/56/Bagaimana-mengatasi-anak-sulit-tidur-siang-
http://bpt.sragenkab.go.id/berita/2011/06juni/anaktidursiang.html
http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Gizi+dan+Kesehatan/ajak.balita.tidur.siang/001/001/1479/50/-/4
http://www.tabloid-nakita.com/read/163/haruskah-tidur-siang

Sudah SMART-kah GOAL-mu?

Senin, 03 Desember 2012


Setiap orang pasti punya hal-hal yang ingin dicapai dalam hidupnya. Ada impian-impian yang ingin digapai, entah besar maupun kecil.

Untuk memperbesar kemungkinan kita mencapai tujuan maupun impian itu, ada satu tool manajemen yang bisa kita pakai. Semuanya bermula dari Goal Setting alias penentuan tujuan itu sendiri.
Ini bisa diungkapkan dalam satu kalimat, "GOAL kita harus SMART".
SMART adalah singkatan dari Specific, Measurable, Attainable, Relevant & Time-bound.

Kita bedah satu persatu yuk:

Specific
Goal kita harus spesifik, tidak terlalu umum.
Goal yang spesifik pada umumnya mampu menjawab lima pertanyaan (5W):
  • What: apa yang ingin Anda capai?
  • Why: mengapa Anda ingin mencapainya, apa tujuan atau keuntungan dari pencapaian tujuan ini?
  • Who: siapa yang terlibat?
  • Where: di mana?
  • Which: persyaratan & batasan-batasannya 

Measurable
Istilah ini menekankan perlunya kriteria yang konkret untuk mengukur pencapaian goal kita.
Dengan kata lain, goal kita harus terukur.

Goal yang terukur pada umumnya akan menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti:
  • Seberapa besar?
  • Seberapa banyak?
  • Kapan saya akan tahu kalau goal ini sudah tercapai?

Attainable
Goal kita harus realistis dan bisa dicapai, artinya tidak terlalu tinggi maupun terlalu rendah.
Pada saat Anda mengidentifikasi goal apa yang paling penting bagi Anda, Anda akan mulai menemukan cara untuk menjadikannya kenyataan.
Anda akan mengembangkan sikap, kemampuan, skill dan kemampuan finansial untuk mencapainya.
Teori mengatakan, goal yang "attainable" akan membuat orang menemukan peluang-peluang untuk membawa mereka lebih dekat pada pencapaian tujuannya.

Supaya bisa menjadi realistis, goal harus mewakili sebuah tujuan yang MAU dan BISA Anda kerjakan.
Goal bisa saja cukup tinggi tapi realistis. Anda adalah satu-satunya orang yang bisa menentukan, seberapa tinggi goal Anda.

Percaya atau tidak, goal yang tinggi seringkali lebih mudah dicapai daripada goal yang rendah.
Ini karena goal yang rendah menggunakan kekuatan motivasi yang rendah pula.
Beberapa goal tersulit yang pernah Anda capai sebenarnya terlihat mudah karena dikerjakan penuh cinta :)

Goal yang "attainable" akan menjawab pertanyaan:
  • How: Bagaimana goal ini bisa dicapai?

Relevant
Goal seorang manajer bank untuk "menjual 50 potong ayam bakar pada jam 4 sore" mungkin Specific, Measureable, Attainable dan Time-bound, tetapi tentunya tidak Relevant.
Seringkali Anda membutuhkan dukungan untuk mencapai tujuan: sumber daya, dukungan moral, atau seseorang yang bisa mengatasi rintangan.
Goal yang relevan dengan atasan Anda, team Anda atau organisasi Anda akan mendapatkan dukungan.
Goal yang sejalan dengan goal orang lain juga bisa dianggap sebagai goal yang relevan.

Goal yang relevan dapat menjawab "Ya" untuk pertanyaan-pertanyaan:
  • Apakah ini cukup berarti?
  • Apakah ini waktu yang tepat?
  • Apakah ini sesuai dengan  upaya/kebutuhan orang lain?
  • Apakah Anda orang yang tepat?


Time-Bound
Goal harus ada tenggat waktunya.Tanpa tenggat waktu, tidak ada "sense of urgency".
Bila Anda ingin bobot Anda turun 10 kg, kapan ingin itu tercapai?
"Kapan-kapan", tidak akan membuat program Anda berhasil :)
Tapi, bila Anda memberikan tenggat waktu, "1 Februari", alam bawah sadar Anda akan mulai bekerja dan dapat akhirnya tujuan Anda akan tercapai.


Goal yang "time-bound" akan menjawab pertanyaan-pertanyaan:
  • When? Kapan?
  • Apakah yang bisa saya lakukan 6 bulan dari sekarang?
  • Apakah yang bisa saya lakukan 1 minggu dari sekarang?
  • Apakah yang bisa saya lakukan sekarang?

So, sudah SMART-kah GOAL-mu?



sumber:
http://topachievement.com/smart.html
http://en.wikipedia.org/wiki/SMART_criteria
http://learnthat.com/2010/03/setting-smart-goals/

Jika anak dibesarkan...

Sabtu, 01 Desember 2012

Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki.
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi.
Jika anak dibesarkan dengan ketakutan, ia belajar gelisah.
Jika anak dibesarkan dengan rasa iba, ia belajar menyesali diri.
Jika anak dibesarkan dengan olok-olok, ia belajar rendah diri.
Jika anak dibesarkan dengan dipermalukan, ia belajar merasa bersalah.
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri.
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri.
Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai.
Jika anak dibesarkan dengan penerimaan, ia belajar mengasihi.
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi.
Jika anak dibesarkan dengan pengakuan, ia belajar mengenali tujuan.
Jika anak dibesarkan dengan rasa berbagi, ia belajar kedermawanan.
Jika anak dibesarkan dengan kejujuran dan keterbukaan, ia belajar kebenaran dan keadilan.
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan.
Jika anak dibesarkan dengan persahabatan, ia belajar menemukan kasih dalam kehidupan.
Jika anak dibesarkan dengan ketentraman, ia belajar damai dengan pikiran.

~ Dorothy Law Nolte ~

 
Novy Binarti © 2012 | Designed by Bubble Shooter, in collaboration with Reseller Hosting, Forum Jual Beli and Business Solutions